Solo – Media Jurnal Investigasi Mabes
Aksi demonstrasi terkait truk Over Dimension and Over Loading (ODOL) yang berlangsung di Jalan Ringroad Solo–Sragen pada Kamis, 19 Juni 2025, menuai sorotan publik. Aksi ini dilakukan oleh sejumlah pengemudi truk dari berbagai komunitas sebagai bentuk protes terhadap penindakan truk ODOL yang dinilai merugikan pengemudi dan pelaku logistik. Namun, aksi tersebut justru menimbulkan keresahan besar di kalangan pengguna jalan lainnya.
Apa Itu Truk ODOL?
Truk ODOL adalah istilah yang digunakan untuk menyebut kendaraan niaga berat yang kelebihan dimensi (ukuran fisik) dan/atau muatan melebihi batas yang telah ditentukan oleh regulasi pemerintah. ODOL sendiri merupakan singkatan dari Over Dimension and Over Loading, bukan sekadar “Odol” seperti nama pasta gigi yang sering disalahartikan oleh masyarakat umum.
Kendaraan jenis ini kerap dijumpai di berbagai ruas jalan nasional dan provinsi, dan menjadi sorotan utama dalam kampanye keselamatan lalu lintas serta perlindungan infrastruktur jalan.
Dampak Buruk Truk ODOL
Truk dengan dimensi dan muatan berlebih berkontribusi terhadap berbagai persoalan serius, antara lain:
-
Kerusakan Jalan dan Infrastruktur:
Beban yang melebihi batas dapat merusak lapisan jalan, jembatan, serta fasilitas penunjang lainnya. Ini mempercepat degradasi infrastruktur dan menambah beban biaya perbaikan yang harus ditanggung oleh negara.
-
Kecelakaan Lalu Lintas:
Truk ODOL cenderung sulit dikendalikan, terutama saat melakukan manuver seperti belok tajam atau pengereman mendadak. Hal ini meningkatkan potensi terjadinya kecelakaan fatal di jalan raya. -
Kemacetan dan Gangguan Arus Lalu Lintas:
Dimensi truk yang melebihi standar dapat menghalangi jalur lalu lintas, memicu kemacetan panjang, dan menghambat kelancaran perjalanan pengguna jalan lainnya.
Demo Pengemudi Truk: Protes yang Berujung Merugikan
Dalam aksi demo yang terjadi di Ringroad Solo-Sragen, ratusan pengemudi truk melakukan blokade jalan sebagai bentuk protes atas tindakan tegas pemerintah terhadap truk ODOL. Blokade ini menyebabkan kemacetan parah dan membuat ribuan pengguna jalan terjebak selama berjam-jam.
Menurut pantauan di lapangan, setidaknya 500 unit truk terjebak di lokasi demo. Dampak dari aksi tersebut sangat dirasakan oleh masyarakat kecil, khususnya para petani dan pedagang yang mengandalkan pengiriman hasil panen ke pasar-pasar di wilayah Solo dan sekitarnya.
“Kalau begini, masyarakat kecil yang jadi korban. Hasil kebun yang harus dikirim sekarang jadi ketunda. Takutnya busuk sebelum sampai tujuan,” ujar salah seorang pengguna jalan yang terdampak demo.
Selain potensi pembusukan hasil pertanian, keterlambatan pengiriman juga menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan. Banyak pedagang kehilangan momentum pasar karena barang dagangan tidak tiba tepat waktu, sementara kualitas produk menurun akibat terlalu lama disimpan.
Upaya Pemerintah: Menuju Zero ODOL 2025
Pemerintah Indonesia sendiri saat ini tengah menggalakkan program Zero ODOL 2025 yang bertujuan untuk menertibkan seluruh kendaraan angkutan barang agar sesuai dengan regulasi dimensi dan muatan. Program ini merupakan upaya strategis untuk:
- Meningkatkan keselamatan berkendara.
- Melindungi infrastruktur jalan nasional dari kerusakan.
- Meningkatkan efisiensi dan daya saing sektor logistik nasional.
Namun, implementasi program ini masih menghadapi tantangan besar di lapangan, salah satunya adalah resistensi dari para pelaku usaha dan pengemudi yang mengaku terbebani oleh biaya penyesuaian armada dan peraturan baru yang dianggap merugikan.
Harapan dan Seruan Masyarakat
Para pengguna jalan berharap agar aparat keamanan dan pemerintah segera mengambil langkah bijak dan tegas terhadap aksi demo yang mengganggu ketertiban umum. Di sisi lain, perlu ada pendekatan persuasif kepada para pengemudi dan pelaku logistik agar transisi menuju kendaraan sesuai standar dapat dilakukan tanpa gejolak sosial.
“Kami paham aspirasi sopir, tapi jangan sampai masyarakat kecil jadi korban. Pemerintah harus hadir, bukan cuma menindak, tapi juga memberi solusi,” ujar warga lainnya yang turut terjebak dalam kemacetan.
Penegakan hukum terhadap truk ODOL sangat penting, namun pendekatan yang humanis dan berimbang juga dibutuhkan agar semua pihak dapat menemukan jalan tengah yang menguntungkan.
Media Jurnal Investigasi Mabes – Kaperwil Jateng
(Ngaderi)