Carut Marut Manajemen Universitas Sriwijaya: Kampus Terluas Asia Tenggara yang Gagal Mengelola Transportasi Mahasiswa

 







Oleh: Arie Muhyiddin, SH., MH
Alumni Universitas Sriwijaya Indralaya
Ketua Pimpinan Daerah Gerakan Pemuda Al-Washliyah Kota Palembang

Universitas Sriwijaya (UNSRI), sebuah nama besar yang telah berdiri sejak tahun 1953, dikenal sebagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN) kebanggaan Sumatera Selatan. Dengan dua kampus utama—Bukit Besar di Palembang dan kampus Indralaya di Kabupaten Ogan Ilir—UNSRI menyandang status sebagai kampus terluas di Asia Tenggara, mencakup area seluas 712 hektare. Sebuah prestasi yang membanggakan di atas kertas, namun sayangnya belum sejalan dengan kualitas pengelolaan yang dirasakan oleh mahasiswa, terutama yang berkuliah di kampus Indralaya.

Jarak antara Kota Palembang dan Kampus Indralaya sejauh ±37,8 kilometer menjadi tantangan utama sejak awal diresmikannya kampus ini oleh Presiden Soeharto pada tahun 1997. Saat itu, pembangunan kampus besar ini diharapkan menjadi langkah strategis untuk pengembangan pendidikan tinggi di wilayah Sumatera Selatan. Namun, lebih dari dua dekade berlalu, Universitas Sriwijaya tampak gagal dalam mengatasi persoalan utama: akses transportasi.

Transportasi Mahasiswa: Ironi di Tengah Kemegahan Kampus

Saya, sebagai alumni kampus Indralaya sekaligus Ketua Pimpinan Daerah Gerakan Pemuda Al-Washliyah Kota Palembang, menyampaikan keprihatinan yang mendalam. Dahulu dan sekarang, kondisi transportasi mahasiswa masih menyedihkan. Alih-alih mengalami perbaikan, justru semakin mundur. Padahal, mahasiswa lah yang menjadi jantung dari universitas. Mereka membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang tidak murah, namun justru diperlakukan sebagai beban, bukan sebagai aset yang harus dilayani dan difasilitasi.

Mirisnya, di saat mahasiswa kesulitan transportasi, beberapa fakultas justru berlomba-lomba membeli kendaraan mewah untuk mobilitas dosen dan pegawai. Ketimpangan ini sangat mencolok dan menimbulkan pertanyaan: di mana letak keadilan dan tanggung jawab institusi pendidikan terhadap mahasiswa?

Bus Kampus yang Hilang, Harapan yang Pupus

Transportasi kampus yang dulu sempat terbantu dengan adanya bus dari Kementerian Perhubungan kini tinggal cerita. Bus-bus tersebut bukanlah fasilitas gratis, namun dibayar mahasiswa. Namun keberlanjutan operasionalnya tidak dikelola dengan serius. Kini, fasilitas transportasi itu hampir habis dan tidak jelas ke mana arahnya. Mahasiswa pun kembali berjibaku dengan ongkos mahal, waktu tempuh yang lama, dan minimnya keamanan dalam perjalanan ke kampus Indralaya.

Apakah ini bentuk manajemen kampus modern? Ataukah sebuah pengabaian sistematis terhadap kebutuhan dasar mahasiswa?

Membangun Kampus Indralaya tapi Lupa Mengelolanya

Ironisnya lagi, meskipun pembangunan di Kampus Palembang terus berlangsung secara masif, kampus Indralaya yang menjadi pusat utama justru seperti ditinggalkan. Penerimaan mahasiswa terus meningkat setiap tahunnya, seakan menunjukkan kebanggaan akan kapasitas besar, namun pengelolaan fasilitas dasar seperti transportasi tidak menunjukkan keseriusan.

Maka wajar bila muncul pertanyaan tajam namun relevan: "Perlukah Kampus Indralaya tetap dipertahankan jika tidak mampu diurus dengan layak?"

Sebagian besar mahasiswa baru yang berkuliah di Indralaya saat ini mungkin belum mengetahui bagaimana kampus ini semestinya bisa menjadi pusat pendidikan yang representatif, bukan sekadar tempat menumpuk angka penerimaan mahasiswa. Dengan segala potensi yang ada, kampus Indralaya justru seperti tidak mendapatkan perhatian yang semestinya dari pengelola universitas.

Saatnya Berbenah, Bukan Berbangga Diri

Universitas Sriwijaya harus segera berbenah. Tidak cukup hanya mengandalkan kebanggaan historis dan luas lahan. Harus ada perubahan nyata dalam manajemen kampus, terutama dalam aspek pelayanan mahasiswa. Jumlah mahasiswa bukan sekadar angka, mereka adalah manusia yang menaruh harapan pada institusi ini. Mereka berhak mendapatkan fasilitas dasar, termasuk transportasi yang layak, aman, dan terjangkau.

Jangan sampai Universitas Sriwijaya menjadi contoh kampus besar yang gagal melayani kebutuhan dasarnya sendiri.


Irsad

Lebih baru Lebih lama