Sumatra Utara –||
Di tengah tantangan dunia pendidikan, muncul sosok inspiratif yang mencuri perhatian karena kiprah dan dedikasinya: Wahyu Utomo. Ia bukan hanya seorang guru honorer yang setia mendidik dengan hati, tetapi juga aktivis sosial yang kini memperluas pengabdiannya di bidang jurnalistik. Terbaru, Wahyu resmi bergabung sebagai kontributor tetap di media independen JurnalInvestigasimabes yang dikenal sebagai corong suara keadilan dan kebenaran di tengah masyarakat.
Sebagai guru honorer, Wahyu sudah lama dikenal karena pendekatannya yang humanis terhadap murid. Ia tidak hanya mengajar, tetapi membimbing dan menginspirasi. Ia percaya bahwa pendidikan yang sejati bukan hanya transfer ilmu, tapi juga pembangunan karakter dan empati. “Saya ingin menjadi pendidik yang tidak sekadar hadir di ruang kelas, tapi juga hadir dalam kehidupan mereka,” ungkap Wahyu dalam wawancara eksklusif.
Semangat Wahyu tak berhenti di dunia pendidikan. Ia juga aktif di PDBI (Persatuan Drum Band Indonesia) Sumatera Utara, organisasi resmi di bawah naungan KONI yang membina dan mengembangkan seni olahraga drum band di Indonesia. Dalam organisasi ini, Wahyu terlibat langsung dalam pelatihan dan pembinaan generasi muda, mengajarkan nilai-nilai disiplin, kerja sama tim, dan semangat kompetitif yang sehat.
Apa itu PDBI?
Persatuan Drum Band Indonesia atau PDBI adalah organisasi nasional yang berdiri sejak 30 Oktober 1977. PDBI bertujuan mengembangkan drum band sebagai olahraga dan seni pertunjukan di Indonesia. Organisasi ini membawahi berbagai kegiatan seperti marching band, drum corps, dan unit serupa lainnya di bawah standar nasional dan internasional. Di tingkat global, PDBI berafiliasi dengan World Association of Marching Show Bands (WAMSB), yang memungkinkan partisipasi Indonesia dalam ajang-ajang dunia.
Aktivitas Wahyu di PDBI menunjukkan betapa ia berkomitmen untuk membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas, tapi juga kreatif dan disiplin. “Drum band bukan sekadar irama musik, tapi juga tentang membentuk karakter: kompak, disiplin, dan saling mendukung,” tuturnya.
Kini, dengan bergabung di JurnalInvestigasiBES, Wahyu memperluas medan pengabdiannya. Ia berharap bisa menyuarakan lebih banyak realita sosial, khususnya yang dihadapi guru honorer dan komunitas pendidikan akar rumput. “Saya ingin menulis apa yang tidak sempat diucapkan, memperjuangkan mereka yang tidak terdengar,” katanya penuh semangat.
Kiprah Wahyu Utomo adalah pengingat bahwa pengabdian tidak dibatasi oleh status atau jabatan. Ia menjadi teladan bagi para pendidik dan pemuda Indonesia bahwa perubahan bisa dimulai dari diri sendiri — dari ruang kelas, dari panggung drum band, hingga dari tulisan yang menggugah kesadaran publik.
Wahyu utomob
R

