Oleh: Id@ NKusdianti
SEPANJANG sejarah manusia beradab (peradaban manusia), sejarah telah mencatat bahwa; 'Kejujuran dan kebenaran tidak selalu mendapat tempat yang seharusnya', sebaliknya seringkali keduanya dianggap musuh yang menjadi ancaman bagi tirani kekuasaan yang represif dan sistem yang korup juga konstitusi yang opportunist.
Tidak sedikit tokoh dunia membuktikan, bahwa; menyuarakan kebenaran dan memperjuangkan keadilan bukan hanya membutuhkan keberanian moral, tetapi juga kesiapan untuk menanggung risiko sosial, politik, mendekam dipenjara bahkan resiko nyawa sekalipun.
Kematian filsuf besar Socrates, adalah; salah satu contoh dari hadirnya keberanian seorang patriot untuk berkata jujur atas kebenaran dan keadilan meskipun harus dihukum mati oleh negara kota Athena karena dituduh merusak moral generasi muda dan tidak mengakui dewa-dewa yang diakui negara.
Padahal yang ia lakukan hanyalah sikap kritis mempertanyakan kemapanan dan menggugat kepalsuan melalui metode dialektika.
Socrates lebih memilih menenggak racun, daripada menyangkal nilai-nilai yang ia yakini. Ia memilih mati, demi mempertahankan prinsip kejujuran dan cinta pada kebenaran.
Selain Socrates, juga ada Mahatma Gandhi yang memperlihatkan keteguhan dan kejujurannya. Melalui gerakan Satyagraha, menolak tunduk pada hukum kolonial Inggris yang diskriminatif. Ia rela dipenjara, bahkan berkali-kali, tetapi tidak pernah mengingkari keyakinannya bahwa; hukum yang tidak adil tidak wajib ditaati. Baginya, kejujuran adalah bentuk tertinggi dari keberanian politik.
Bahkan, Nelson Mandela mengikuti jejak serupa di Afrika Selatan. Ia melawan demi memperjuangkan kesetaraan dan keadilan sebagai prinsip utama perjuangan. Meski akhirnya dipenjara selama 27 tahun, ia tidak pernah menyerah. Nelson Mandela adalah bukti, bahwa; kekuasaan dapat dilawan dengan martabat dan integritas. Karena, kebenaran dan keadilan tidak akan pernah bisa dibungkam selamanya!.
Tokoh-tokoh tersebut, menunjukkan satu pelajaran penting bagi kita semua; bahwa kebenaran seringkali memiliki harga yang mahal.
Mereka tidak mencari popularitas, tidak juga menginginkan kekuasaan. Karena, yang mereka perjuangkan adalah nilai-nilai kejujuran, nilai-nilai keadilan, nilai-nilai bahwa; "Kekuasaan yang tidak dikontrol oleh moralitas akan melahirkan penindasan!.
Dalam konteks demokrasi modern, suara-suara semacam ini tetap dibutuhkan, lebih lebih di Negeri yang menganut Demokrasi Pancasila yang syarat dengan nilai nilai ketuhanan.
Tanpa keberanian menyuarakan kebenaran, maka keadilan hanyalah Isapan jempol semata, seperti halnya prosedur tanpa substansi.
Kebebasan berpendapat dan penghormatan terhadap nurani, adalah; pondasi utama negara hukum yang sejati.
Kebenaran memang tidak selalu membawa kenyamanan, dan kejujuran tidak selalu menghasilkan keuntungan. Namun sejarah mencatat, bahwa; 'mereka yang memilih berdiri di sisi kebenaran dan keadilan, meskipun harus jalan sendiri, adalah mereka yang akhirnya diingat sebagai pahlawan moral.
Negara membutuhkan sosok-sosok dan tokoh seperti mereka, untuk menjaga agar nurani kemanusiaan tetap hidup.
Dengan segenap kemampuan dan sesuai porsi serta prinsip dasar Forum Tanah Air ( FTA ), berjuang dan bergerak melalui diskusi dan kajian akademik, serta memberi masukan pada setiap lembaga yang di anggap perlu bergerak membersamai semua pejuang keadilan. Melihat, menilai, menganalisa, serta membaca kondisi dan situasi perpolitikan negeri ini. Maka, 'GERAKAN BERANI JUJUR' adalah sangat penting.
Jujur itu sulit dan menyakitkan, tapi akan sulit membuat sebuah kebohongan tidak akan terus-menerus diikuti oleh kebohongan-kebohongan berikutnya.
Konsekwensi dari sebuah kebohongan, akan sangat besar baik di dunia maupun kelak di akherat.
*Pertanyaan dan tantangannya adalah;*
"Berani Jujurkah Anda?!"
SalamPenaTajam !
🇲🇨🇲🇨🇲🇨✍️🇲🇨🇲🇨🇲🇨
#FC-Goest