Denpasa–||
Bencana banjir bandang disertai tanah longsor melanda wilayah Bali dan Nusa Tenggara Timur (NTT) pada awal pekan ini. Hingga Kamis (11/9) pagi, tercatat sedikitnya 13 orang meninggal dunia dan 10 orang masih hilang, sementara ratusan warga harus mengungsi.
Fenomena alam yang dipicu hujan ekstrem akibat gelombang Rossby-Kelvin ini menyebabkan kerusakan infrastruktur, terputusnya akses jalan, hingga menenggelamkan puluhan rumah warga. Pemerintah daerah bersama BNPB, Basarnas, TNI, Polri, serta relawan masih terus melakukan operasi pencarian dan pertolongan.
Bencana banjir bandang disertai longsor menghantam Kabupaten Nagekeo, NTT, Selasa (9/9) sekitar pukul 02.00 WITA. Material lumpur dan bebatuan menghanyutkan rumah warga di Kecamatan Mauponggo, Desa Sawu.
Empat orang dilaporkan tewas, sementara empat orang lainnya hilang. Korban hilang terdiri dari dua orang dewasa dan dua bayi. Hingga hari kedua pencarian, Rabu (10/9), tim SAR gabungan belum berhasil menemukan mereka.“
Tim SAR telah melakukan pencarian sejak pagi hingga sore dengan hasil nihil. Pencarian difokuskan di aliran sungai hingga muara sejauh 2,13 kilometer,” kata Kepala Kantor SAR Maumere, Fathur Rahman.
Plt Kalak BPBD Provinsi NTT, Semuel Halundaka, menambahkan bahwa jumlah korban meninggal bertambah setelah laporan dari BPBD Nagekeo masuk Rabu malam. Tiga jenazah korban telah dimakamkan keluarga.
Dampak longsor juga memutus jalur Boawae–Mauponggo dan membuat Desa Sawu terisolasi. Kapolres Nagekeo, AKBP Rachmad Muchamad Salili, menyebut sedikitnya ada tujuh titik longsor di wilayah tersebut.
Sehari setelah bencana di NTT, banjir bandang melanda Pulau Bali, termasuk Denpasar, Rabu (10/9). Genangan air setinggi hampir 1,5 meter merendam 43 titik di Denpasar dan Kabupaten Badung, serta wilayah lain seperti Jembrana.
Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto, menyebut sedikitnya 9 orang meninggal dunia dan 6 orang hilang akibat banjir.“
Tim gabungan sudah menurunkan lebih dari 100 personel. Besok pagi pencarian akan kembali dilakukan sampai semua korban yang hilang ditemukan,” ujarnya usai rapat koordinasi di Rumah Dinas Gubernur Bali.
Gubernur Bali menetapkan status tanggap darurat bencana selama satu pekan. Keputusan ini diambil setelah diskusi dengan BNPB, meski semula status darurat akan diberlakukan dua minggu.“
Dengan tanggap darurat, langkah perbaikan, rehabilitasi, dan rekonstruksi pascabencana bisa segera dilakukan,” tambah Suharyanto.
BMKG menjelaskan bahwa banjir di Bali dipicu oleh curah hujan ekstrem akibat gelombang Rossby-Kelvin. Balai Wilayah Sungai (BWS) memastikan kondisi air sungai sudah mulai normal pada Rabu malam.
BNPB juga mengingatkan Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat agar meningkatkan kewaspadaan. Operasi modifikasi cuaca disiapkan untuk mencegah potensi banjir susulan.
Hingga Kamis pagi, tim gabungan masih berjibaku di lapangan. Pencarian korban di Bali dan NTT dipusatkan di aliran sungai, daerah longsoran, serta muara. Relawan juga menyalurkan bantuan makanan, selimut, dan obat-obatan ke lokasi pengungsian.
Meski banjir mulai surut di sejumlah titik, trauma warga masih terasa. Sejumlah keluarga kehilangan anggota, sementara desa-desa di NTT masih terisolasi menunggu akses darat dibuka kembali.
taruna_32