Tim Pengabdian Desa Binaan untuk Sagu melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) di Selat Panjang pada 18–21 September 2025 dengan tema pendampingan peningkatan kualitas briket arang kulit batang sagu (uyung) untuk kualitas ekspor dalam mewujudkan transisi energi di Desa Sagu Sungai Tohor, Kabupaten Kepulauan Meranti.
Kegiatan yang diikuti 20 peserta ini dihadiri mitra strategis dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Meranti, Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup (Perkim LH), Sentra Sagu Sungai Tohor, Kilang Sagu Lalang, dan BUMDes setempat,
Kegitan dihadiri dan dibuka oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kebupaten Meranti Bapak Marwan serta menghadirkan narasumber pelaku ekspor, Pak Taufik Ari Akbar.,ST dan Ibu Mira Dharma, S.T., M.T. dari Ecotohor Solution.
Ketua tim pengabdian Dr. Hafidawati, S.Tp., M.T., bersama anggota tim—Mira Dharma, S.T., M.T.; Prof. Dr. Ida Zahrina, S.T., M.T.; Iwan Kurniawan, S.T., M.T.; Dr. Vonny Setiaries, S.Tp., M.T. Agustriwaldi SE. Muhammad Daniel ST—juga memaparkan teknologi pengelolaan limbah sagu berbasis hasil penelitian Dr. Hafidawati (Dosen Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Riau) beserta tim yang telah dilakukan sejak tahun 2021.
Riset ini berfokus pada pemanfaatan limbah kulit batang sagu menjadi briket arang bernilai kalor tinggi dan emisi rendah, yang terbukti berpotensi sebagai komoditas ekspor ramah lingkungan.
Potensi Ekspor Briket Arang Sagu Dalam sesi pemaparan khusus, Pak Taufik dan Ibu Mira Dharma sebagai pelaku ekspor dari Ecotohor Solution menekankan bahwa briket arang kulit batang sagu memiliki peluang besar menembus pasar global. Mereka memaparkan karakteristik fisik dan nilai kalor briket yang memenuhi standar internasional: kadar air rendah, kepadatan tinggi, dan pembakaran stabil yang menghasilkan energi panas setara briket kayu keras. Kualitas ini menjadikan briket arang sagu kompetitif untuk diekspor ke negara-negara Eropa, Jepang, dan Timur Tengah yang permintaan biomassa energinya terus meningkat sebagai pengganti bahan bakar fosil. Menurut keduanya, tren global menuju energi terbarukan dan kebijakan pengurangan emisi karbon membuka pasar ekspor yang semakin luas.
Negara-negara Uni Eropa, misalnya, telah menargetkan net zero emission dan meningkatkan penggunaan biomass fuel untuk pembangkit listrik dan industri pemanas. Dengan keunggulan bahan baku sagu yang melimpah di Kepulauan Meranti serta proses produksi yang ramah lingkungan, briket arang kulit batang sagu memiliki nilai tambah ekonomi tinggi sekaligus memperluas akses ekspor Indonesia di sektor energi terbarukan.
Implementasi teknologi ini merupakan bagian dari program riset berdampak Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, yang mendorong penerapan hasil penelitian Dr. Hafidawati beserta tim langsung ke masyarakat. Program ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi, menekan limbah industri sagu, dan mendukung kemandirian energi di Desa Sagu Sungai Tohor.
Suasana Focus Group Discussion (FGD) pendampingan peningkatan kualitas briket arang kulit batang sagu (uyung) untuk kualitas ekspor, yang digelar Tim Pengabdian Desa Binaan untuk Sagu di Selat Panjang, 18–21 September 2025.