Polda Metro Jaya Kerahkan 147 Personel, Patroli Skala Besar Digelar di Tengah Kekhawatiran Stabilitas Ibu Kota

 



Jakarta, 10 September 2025
Ketegangan pascakericuhan di sejumlah titik Ibu Kota masih membayangi. Menyikapi situasi itu, Polda Metro Jaya menggelar patroli skala besar pada Selasa (9/9/2025) malam. Sebanyak 147 personel gabungan dari berbagai satuan dikerahkan untuk mengantisipasi potensi gangguan keamanan dan penumpukan massa.


Personel yang dikerahkan berasal dari Korps Samapta Mabes Polri, Brimob, Samapta, Reskrimum, Reskrimsus, Pamobvit Polda Metro Jaya, hingga Satpol PP Pemprov DKI Jakarta. Iring-iringan kendaraan taktis dan aparat bersenjata tampak menyusuri jalanan protokol, menandai keseriusan operasi ini.

Rute patroli dimulai dari Markas Polda Metro Jaya di Semanggi, lalu bergerak ke Sudirman, Mabes Polri, Jl Iskandarsyah, Jl Prapanca Raya, Ragunan, TB Simatupang, Pasar Minggu Raya, Pancoran, sebelum kembali ke Polda.

Menurut polisi, titik-titik itu dipilih karena rawan premanisme, pernah menjadi lokasi kerusuhan, serta berpotensi menjadi titik kumpul massa.

“Patroli dilakukan secara dialogis dan persuasif. Kalau ada kerumunan, petugas akan memberikan imbauan untuk membubarkan diri,” ujar AKBP Hergi Febriayanto, Kasubbagrenmin Ditsamapta Polda Metro Jaya.

Hergi menambahkan, tujuan utama operasi ini adalah menjaga situasi Jakarta tetap aman, kondusif, dan terkendali, sekaligus memberi rasa aman bagi masyarakat yang masih trauma dengan kericuhan sebelumnya.


Patroli skala besar ini menjadi bagian dari program Jaga Jakarta+, sebuah strategi keamanan yang dicanangkan Kapolda Metro Jaya. Program ini menekankan pencegahan tindak kejahatan secara proaktif, meningkatkan kehadiran polisi di ruang publik, serta mempercepat penanganan potensi gangguan kamtibmas.

“Polisi harus hadir bukan hanya saat masalah terjadi, tapi sejak dini sebagai penjaga keamanan,” tegas Hergi.





Meski patroli skala besar rutin dilakukan, pertanyaan soal efektivitasnya terus mengemuka. Data internal kepolisian menunjukkan, kasus kejahatan jalanan, begal, dan peredaran narkoba di Jakarta masih tinggi meski operasi serupa sudah digelar berulang kali.

Sejumlah pengamat menilai, patroli skala besar kerap bersifat simbolis: menampilkan kekuatan aparat untuk memberi efek psikologis, namun kurang diiringi dengan pembongkaran jaringan kejahatan yang lebih sistematis.

“Yang perlu dibongkar bukan hanya kerumunan massa, tapi juga akar permasalahan kriminalitas di Jakarta: dari geng jalanan, jaringan narkoba, sampai praktik premanisme yang punya backing,” ujar seorang pengamat keamanan yang enggan disebut namanya

Meski begitu, sebagian warga mengaku keberadaan patroli besar memberi rasa aman.
“Kalau polisi keliling dengan kendaraan taktis, kami jadi lebih tenang. Paling tidak, maling atau begal mikir dua kali,” kata Rudi (34), warga Pancoran.

Namun ada pula warga yang menilai patroli seharusnya lebih rutin, bukan hanya ketika situasi genting. “Seharusnya patroli ini jadi hal biasa, bukan sekadar show of force setelah ada kerusuhan,” ujar Sari (29), pekerja swasta di TB Simatupang.


Patroli skala besar Polda Metro Jaya jelas menunjukkan kehadiran negara di jalanan. Namun, tanpa langkah lanjutan yang menyentuh akar masalah kriminalitas, operasi semacam ini bisa sekadar menjadi panggung kekuatan ketimbang solusi jangka panjang.

Bagi masyarakat Jakarta, yang dibutuhkan bukan hanya tontonan iring-iringan kendaraan aparat, tetapi kepastian rasa aman setiap hari.


Red_HP


Apakah Anda mau saya tambahkan data perbandingan kriminalitas di Jakarta (misalnya kasus begal atau kerusuhan sebelum dan sesudah patroli) biar lebih tajam sebagai investigasi?

Lebih baru Lebih lama