Jakarta,
Menjelang akhir masa jabatan Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo, sorotan publik kini tertuju pada bursa calon pemimpin tertinggi Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Tiga nama jenderal bintang tiga mulai menguat sebagai kandidat utama pengganti Listyo, yakni Komjen Pol. Dr. Suyudi Ario Seto, Komjen Pol. Wahyu Widada, dan Komjen Pol. Syahardiantono.
Ketiga figur ini disebut memiliki rekam jejak panjang, kompetensi kepemimpinan, serta pengalaman strategis di berbagai lini penugasan. Publik berharap, siapapun yang akan terpilih mampu menghadirkan kepemimpinan yang profesional, tegas, dan mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Polri.
Lahir di Pandeglang, Banten, 14 Juli 1973, Komjen Suyudi merupakan lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 1994. Ia melanjutkan pendidikan di PTIK (2003) dan Sespimti (2018). Saat ini, Suyudi menjabat sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) sejak 25 Agustus 2025.
Sebelumnya, ia pernah dipercaya menjadi Kapolda Banten, yang memperkuat rekam jejaknya sebagai sosok dengan pengalaman mumpuni di bidang reserse. Sebagai putra daerah Banten, Suyudi dikenal mampu membawa perspektif lokal sekaligus nasional dalam menjaga keamanan.
Komjen Pol. Wahyu Widada: Lulusan Terbaik Akpol 1991
Lahir di Yogyakarta, 11 September 1969, Komjen Wahyu Widada merupakan peraih Adhi Makayasa, penghargaan untuk lulusan terbaik Akpol angkatan 1991, yang juga satu angkatan dengan Kapolri Listyo Sigit Prabowo.
Karier Wahyu terbilang cemerlang, ia pernah menjabat di berbagai posisi strategis, mulai dari Kapolres Pekalongan (2008), Sespri Kapolri (2009), hingga Kapolda Gorontalo (2019) dan Kapolda Aceh (2020). Pada tingkat Mabes Polri, ia menempati sejumlah jabatan penting seperti Asisten Kapolri Bidang SDM (2021), Kabaintelkam (2023), Kabareskrim (2023–2025), hingga kini menjabat sebagai Irwasum Polri (2025).
Salah satu catatan penting dalam kariernya adalah keberhasilan mendorong reformasi rekrutmen Polri yang bersih dan transparan pada 2017, yang membuat namanya semakin diperhitungkan.
Komjen Pol. Syahardiantono: Jenderal Tiga Bintang Tanpa Jabatan Kapolda
Lahir di Blora, Jawa Tengah, 2 Februari 1970, Komjen Syahardiantono dikenal luas sebagai perwira dengan rekam jejak kuat di bidang reserse. Lulusan Akpol 1991 ini pernah mengemban berbagai posisi penting, antara lain:
- Kasat II Ditreskrim Polda Jatim (2005)
- Kapolres Kota Pasuruan (2008)
- Kapolres Pasuruan (2010)
- Wadirreskrimsus Polda Jatim (2011)
- Kasubdit VI Dittipideksus Bareskrim (2012)
- Dirreskrimsus Polda Kepri (2014)
- Kabagpenum Divhumas Polri (2018)
- Karo PID Divhumas Polri (2019)
Pangkat bintang satu ia raih saat menjabat Dirtipidter Bareskrim Polri (2020), kemudian naik menjadi Wakabareskrim (2021). Pada 2022, ketika publik dikejutkan oleh kasus Irjen Ferdy Sambo, Syahar ditunjuk langsung sebagai Kadiv Propam Polri, menggantikan posisi tersebut. Langkah ini menunjukkan tingginya kepercayaan Kapolri terhadap integritasnya.
Kariernya terus meningkat hingga menjabat Kabaintelkam (2024) dan Kabareskrim Polri (Agustus 2025 – sekarang). Menariknya, Syahar merupakan salah satu perwira tinggi langka yang mencapai pangkat Komjen tanpa pernah menjabat sebagai Kapolda.
Rekam jejak Syahar juga diwarnai berbagai prestasi, seperti pemberantasan tambang ilegal, illegal logging, penyelundupan benih lobster, hingga keterlibatannya langsung dalam penangkapan Irjen Teddy Minahasa terkait kasus narkoba.
Harapan Publik dan Peta Politik Suksesi
Ketiga nama ini disebut-sebut sebagai kandidat kuat yang layak memimpin Polri. Mereka dinilai memiliki rekam jejak bersih, kepemimpinan kuat, serta kedekatan strategis dengan Presiden maupun internal kepolisian.
Keputusan akhir akan berada di tangan Presiden, sebelum kemudian diajukan ke DPR RI untuk proses fit and proper test. Siapapun yang terpilih, publik menaruh harapan besar agar Kapolri selanjutnya mampu:
- Memperkuat profesionalisme Polri
- Meningkatkan kepercayaan publik terhadap institusi kepolisian
- Menjamin tegaknya hukum tanpa pandang bulu
- Membenahi kultur organisasi yang lebih transparan, humanis, dan modern
Bursa suksesi Kapolri kali ini dipandang sebagai momentum penting untuk menentukan arah masa depan Polri, sekaligus menjawab tantangan besar dalam penegakan hukum dan menjaga keamanan negara.
Red